Pagar Kuning dan Tanaman Bunga





Jum'at,  9/2/2018, dalam rangka menghadiri Pawai Ta'aruf MTQN XI Kab. Padang Lawas di Padang Hasior,  Kec. Sihapas Barumun,  saya berkesempatan mengunjungi Stand Pameran Pembangunan Kab. Padang Lawas,  mulai dari stand Dinsos,  Korpri,  Disnaker,  Diskoperindag,  Diskannak,  Dinas PU,  Dinas LHD,  dan sampai kepada stand Setdakab Padang Lawas.

Melihat stand SKPD Palas saya melihat banyak kreatifitas yang ditampilkan. Di stand Dinas Sosial,  ada layar LCD sebagai alat visualisasi beragam kegiatan Sosial yang sudah dilaksanakan oleh Pemda Palas.

Di stand Korpri ada kemeja batik Korpri yang siap dibeli oleh para PNS yang akan berkunjung. Hal itu pula menunjukkan bahwa Korpri menyediakan batik Korpri bagi para PNS. Sekalipun ketika saya tanya kain batik sebagai bahan untuk dijahitkan ternyata belum disiapkan.

Ketika saya ke stand Disnaker,  satu hal yang paling menarik perhatian saya adalah pagar tamannya yang berwarna kuning cerah dipadu sedikit dengan warna hitam. Saya pegang pagar minimalis itu dan saya coba goyangkan sedikit, ternyata sangat kokoh.

Di dalam pagar ada beberapa bunga. Dan ada sesuatu berbentuk bola. Saya tidak tahu itu apa. Penjaga stand hanya bilang,  kalau itu adalah "bola ketenagakerjaan". Sehingga,  saat itu,  saya cuma bisa memaknai keseluruhan kreatifitas taman stand Disnaker, "bahwasanya pagar harus senantiasa kokoh sebagai penjaga tanaman dan apapun yang ada di dalam pagar,  termasuk bunga-bunga yang indah dan menyejukkan mata.

Pagar juga harus tampil menyegarkan dan mencerahkan sebagaimana warna kuning yang melambangkan kesejahteraan, agar setiap orang yang memandangnya lebih tertarik dan bersemangat sampai menilai kalau yang di dalam pagar adalah sesuatu yang penting dan menyejahterakan. Siapa pun yang melihatnya langsung mendekat,  namun begitu mereka punya rencana untuk memetik bunga yang ada di dalamnya,  warna hitam pagar yang meruncing seolah berkata,  "hei tunggu,  tanganmu jangan terlalu jahil,  seenaknya saja mau memetikku tanpa izin. " akhirnya tangan sembrono itu pun urung, seakan dia berucap,  "iya maaf,  saya salah. Saya tidak selayaknya ingin mengambilmu sembarangan tanpa saya tahu untuk apa engkau aku petik dan bagaimana caranya aku memetikmu. "

Analogi filosofi ini,  kalau saya kaitkan dengan ketenagakerjaan, saya pun memaknainya "bahwa pagar adalah tenaga kerja,  sedangkan tanaman dan segala yang ada di dalam pagar adalah perusahaan bahkan bila diperluas, pagar itu adalah kesejahteraan, tanaman itu merupakan perekonomian. Artinya,  tidak ada peningkatan perusahaan dan perekonomian tanpa kesejahteraan dan tenaga kerja yang sejahtera. Maka,  tenaga kerja mesti sejahtera,  kesejahteraan harus dibangun agar perusahaan semakin produktif dan beruntung,  agar perekonomian kian meningkat.

Lebih luas lagi,  pagar runcing berwarna kuning dan hitam itu bermaksud masyarakat yang sejahtera dan Pemda yang tegas, lugas, bijak,  profesional dan menyejahterakan. Tanaman, hiasan,  pernak pernik yang ada di dalam pagar ialah potensi Sumber Daya Alam. Siapa pun tidak boleh semaunya saja mengeksplor kekayaan alam daerah tanpa izin, tanpa melalui mekanisme yang jelas, tanpa mengetahui komitmen keuntungan bagi daerah dan pemajuan potensi Sumber Daya Manusia.

Tanaman yang subur harus berbanding lurus dengan asupan gizi dan pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Perekonomian yang meningkat harus berbanding lurus dengan kesejahteraan warga. Jika tidak,  itu namanya ketimpangan.

Maaf,  kalau timpang,  jalan pun akan melambat. Kalau orang kaya yang semakin kaya,  orang miskin semakin menderita,  maka perjalanan pembangunan pun sesungguhnya sedang melambat,  bahkan merangkak.

Selain masyarakat secara umum,  setiap orang,  dan tenaga kerja perusahaan,  PNS juga merupakan "tenaga kerja". Bedanya,  PNS diangkat dan digaji oleh negara. Sedangkan "tenaga kerja" lainnya, digaji oleh "swasta. " Uangnya,  sama-sama bersumber dari masyarakat.  Transaksi di setiap kondisi kegiatan ekonomi.

Sebab itu,  masyarakat,  yang terdiri dari tenaga kerja mandiri swasta,  tenaga kerja perusahaan,  dan "tenaga kerja negeri" sewajarnya harus sejahtera,  agar  perekonomian bertambah laju. Perekonomian yang naik melejit,  selayaknya pula mampu menyejahterakan rakyat sebagai "tenaga kerja". Kesejahteraan kemudian akan diharapkan dapat mengangkat harkat dan martabat sosial dalam beragama,  berbangsa, dan bernegara.

Muhammad Idrisman Mendefa
Ketua PD JPRMI Kab. Padang Lawas

0 komentar:

Copyright © 2013 JPRMI SUMUT