Remaja & Pemuda Masjid, Siagalah Selalu!

Remaja & Pemuda Masjid, Siagalah Selalu! 

Muhammad Idrisman Mendefa

Bukan bermaksud hendak berspekulasi, tapi maaf, bercermin dari berbagai peristiwa,  khususnya dalam satu bulan belakangan ini. Semoga kita bisa ambil ibrah dari setiap kejadian yang kita alami.

Saya hanya teringat,  ketika di waktu shubuh "kereta" ayah saya hilang di parkiran masjid Al-Abrar di desa saya yang dekat dengan Polsek Sosa.

Sebelumnya,  saya berinisiasi melaksanakan kegiatan "Nonton Bareng Film Penghianatan PKI" yang kemudian PD JPRMI bersepakat akan melaksanakannya di desa saya. Tepat di depan rumah orangtua saya.



Kira-kira,  tiga hari menjelang hari "H",  kita pun pasang spanduk di depan masjid Jami' An-Nur Sibuhuan. Acara akan dilaksanakan malam Ahad. Jum'atnya,  saya masih melihat spanduk kita. Tiba hari Seninnya,  itu spanduk sudah tidak ada.

Memang acara sudah selesai sehari. Tapi,  biasanya,  sepekan setelah acara,  spanduknya masih utuh. Kita juga biasa pasang spanduk disana.

Saya tidak tahu,  spanduknya tanggal di hari Jumat malam,  Sabtu,  atau Ahad. Kalau sekiranya  jatuh,  biasanya akan terlihat sisa sisanya. Ini bersih seakan sengaja dicopot.

Kejadian,  "kereta" ayah saya ini hilang sebelum acara Nobar PKI itu dilaksanakan. Sebelum,  spanduk itu menghilang.

Sekitaran,  sebulan sebelumnya atau lebih sikit , saya khutbah di masjid Al-Abrar tempat "kereta" ayah saya hilang. Saya sudah lama tak khutbah disitu.  Karena ketepatan masih dalam suasana pekanan HUT RI, saya menyampaikan tentang kemerdekaan. Bahwa kemerdekaan hakikatnya kebebasan diri, masyarakat,  kampung,  dan daerah dari penjajahan ma'shiyat dan kemunkaran.

Termasuk saya katakan bahwa, "suatu kampung belum merdeka jika di kampung itu ternyata masih ada peredaran narkoba,  masih ada pelaku kriminal,  pelaku kemunkaran, penjudi dan pencuri, dan masih ada tempat tempat ma'shiyat."

Saya lanjutkan,  "Maka,  kita masyarakat,  seluruh pihak harus selalu berupaya merdeka dari penjajahan tersebut. Menghargai perjuangan dan pengorbanan para pahlawan dengan menjaga NKRI dengan segala makna kemerdekaan yang sesungguhnya."

Dari historis itu,  saya tidak tahu,  apakah ada saling keterkaitan antara satu titik peristiwa dengan titik peristiwa lainnya. Namun,  ketika saya di kantor tempat saya bekerja,  setelah mengetahui kehilangan kereta yang dialami oleh ayah saya,  seorang teman nanya,  "apakah kamu dan orangtuamu tidak dikenal di kampung itu? " Saya jawab,  "tentu saya dan ayah saya dikenal."

"Berarti,  patut dipertanyakan ada sesuatu di balik itu? Kalau pelakunya orang kampung itu, masa' udah kebal orangnya masih dikerjain begitu? Ada apa, " kata dia. Saya cuma jawab,  "ya sudahlah,  itulah takdirnya. Diambil pelajaran saja."

Setelah ujian "kehilangan kereta di masjid saat shubuh" yang menimpa ayah saya upload di laman facebook saya, Polsek Sosa pun mulai melaksanakan patroli shubuh ke masjid-masjid yang ada di Pasar Ujungbatu dan sekitarnya. Beberapa kali saya melihat mereka di luar Masjid Al-Falah saat saya dan beberapa jamaah sedang duduk berdzikir. Seringkali pula,  patroli masjid itu pun muncul di laman facebook Polsek Sosa dengan akun Huraba Sosa.

Sempat ada keraguan dalam hati saya,  "apakah patroli shubuh ini akan bertahan lama? Jangan-jangan hanya saat Kapolsek yang sekarang saja? Kalau ini bertahan setahun saja,  saya melalui PD JPRMI Palas akan memberikan reward apresiasi kepada Polsek Sosa. Benar,  sangkaan saya terbukti,  setelah Kapolsek berganti,  patroli shubuhnya pun ikut berhenti.

Sohib sohibah,  maksud saya,  sekali lagi bukan berspekulasi dan mencoba "mengkambing-hitamkan" musibah ini kepada oranglain atau peristiwa lainnya.

Hanya saja,  membaca,  mendengar,  dan melihat informasi atau berita mengenai ustadz,  remaja masjid,  santri,  ma'had,  dan muadzdzin yang mendapatkan "teror" membuat saya jadi semakin bertanya-tanya,  "ada apa dengan semua ini?"



Apakah adanya indikasi yang semakin kuat bahwa komunisme (PKI) masih berusaha bangkit? Apakah ini merupakan upaya diskreditasi Islam dengan segala media dan sarananya? Atau ada kepentingan kepentingam politik,  ekonomi,  dan kekuasaan dari pihak pihak tertentu?

Pertanyaan pertanyaan itu,  walaupun belum terjawab dengan terang,  namun selaku remaja dan pemuda Islam,  remaja dan pemuda masjid,  harus tetap kita waspadai. Para penggerak,  para pembicara,  para pengkritik hari ini,  semakin berpeluang mendapatkan intimidasi dan diskriminasi.

Sebab itu,  sohib sohibah, semangatlah selalu,  siagalah,  tegaplah jaga diri,  jaga keluarga,  ulama,  tokoh pergerakan,  dan masjid kita. Kokohlah menambah pertahanan dan kekebalan dengan senantiasa berupaya mengasah jiwa,  fikir,  dan fisik kita. Genggamlah dengan kuat aqidah dan ibadah kita. Semoga kita dilindungi Allah SWT. Amiin.

#AyokeMasjid
#MenjadiPemudaBerpendidikan
#AyoBentukRemajaMasjidmu
#JPRMIPalas

Muhammad Idrisman Mendefa
Ketua PD JPRMI Padang Lawas, Sumatera Utara

0 komentar:

Copyright © 2013 JPRMI SUMUT